MusliModerat.net - Sejak keluarnya Perppu pembubaran ormas Agustus kemarin, saya terus memantau pergerakan HTI..
Dimana
mereka ? Apa yang sedang mereka lakukan ? Mereka tidak mungkin diam
begitu saja. Terlalu berharga jaringan yang mereka bangun selama
bertahun-tahun lamanya, untuk kemudian hilang begitu saja.
Memang
plang-plang nama tempat kantor mereka berdiri sudah ditutupi, bahkan
ada yang dicabut. HTI harus menarik mundur dulu pasukannya, karena
bergerak di tempat terbuka tentu tidak menguntungkan.
Saya
memprediksi, bahwa HTI sedang menyusup masuk ke ormas2 agama yang
mempunyai "musuh" yang sama dengan mereka. Baju mereka dilepas
sementara, dan bergabung dalam barisan yang bersimpati maupun yang
terancam keberadaannya karena juga berpotensi dibubarkan.
Nah
ketika isu PKI ini semakin meruncing, barulah mereka keluar dari
sarangnya. Isu ini terlalu seksi untuk dibiarkan begitu saja. Momentum
yang bagus sekali untuk mengerahkan sumber daya mereka yang selama ini
tiarap dan menunggu perintah.
Bisa
kita lihat, bahwa dalam demo Jumat nanti - aksi 299 - ada penggabungan
tema, "Tolak Perppu Ormas dan kebangkitan PKI". HTI menumpang isu PKI
untuk mengerahkan massanya.
Kabarnya HTI
akan menurunkan kader2nya sejabodetabek, jabar, jateng dan jatim ke
Jakarta. Mereka akan memperkuat barisan dengan kelompok2 agamis dan
politik yang mempunyai kepentingan berbeda tetapi mempunyai musuh yang
sama.
Target
mereka adalah menguasai DPR dan menuntut adanya sidang istimewa.
Situasi akan dibangun supaya umat-umat awam juga bergerak dan bergabung
dengan mereka.
Modelnya persis gerakan 411
yang gagal kemaren. Isu ada PKI di istana ini sama seksinya dengan isu
penistaan agama. Umat awam akan terprovokasi bahwa mereka akan melawan
PKI.
Itulah kenapa nobar-nobar dibangun di beberapa wilayah untuk menaikkan tensinya. Ada step-stepnya..
Logistik mereka kali ini kuat. Karena mereka melakukan negosiasi dengan partai politik yang berseberangan dengan Jokowi.
Dengan
logistik gabungan - HTI, parpol, pengusaha hitam, bahkan dana dari luar
- mereka akan lebih mudah memobilisasi peserta demo dari luar Jakarta.
Yang
mengkhawatirkan adalah adanya provokasi-provokasi supaya terjadi
benturan antara aparat dan pendemo. Dengan terjadinya benturan, maka
mereka akan memainkan permainan "terzolimi" yang biasa mereka lakukan.
Benturan itu akan menaikkan tensi untuk menggerakkan demo selanjutnya
yang lebih besar.
Dengan
adanya "kekuatan" itu, maka mereka akan melakukan negosiasi dengan
pemerintah. Negosiasi yang jelas menguntungkan mereka, termasuk
bagaimana bang thoyib - yang berbulan2 hilang - bisa pulang ke Indonesia
tanpa harus mendapat hukuman.
Menarik
melihat apa yang akan dilakukan pemerintah kali ini. Apakah harus
bernegosiasi dengan mereka atau mengambil jalan berbeda ?
Jakarta
semakin panas menuju Pilpres 2019. Gelombang demo besar kedua - yang
pertama karena kasus penistaan agama - akan dimainkan untuk menekan
kewibawaan pemerintah.
Sambil seruput kopi, saya hanya ingin sedikit mengingatkan Presiden Joko Widodo..
Pak,
jangan lupa bahwa umat Islam bukan mereka saja. Ada NU, ada Ansor dan
ada Banser di tengah kita. Total jumlah kekuatan mereka jauh lebih besar
dari kelompok yang mengatas-namakan agama itu.
Undang
mereka untuk berbagi pemikiran. Bapak butuh kekuatan baru selain apa
yang bapak punya sekarang. Setidaknya, kehadiran mereka akan
menggentarkan orang-orang berjubah yang terus menerus menjual agama
itu..
Semoga pemikiran saya sampai ke meja dimana Bapak sedang mengatur strategi langkah apa yang harus dilakukan sekarang ini..
Seruput dulu, pakde...
Disahre dari Denny Siregar