MusliModerat.net - Heboh
kasus acara bertajuk "Turn Back Quran" yang diselenggarakan oleh SMK
Negeri 6 Bandung pada akhir Maret 2017 lalu sebetulnya sangat menarik
kalau mau dicermati. Setelah kasus ini viral mereka sudah mengungkapkan
permintaan maaf dan pernyataan menyadari kesalahan. Salah satunya sang
Ketua Panitia, Irfan Nugraha.
"Waktu
acara itu, saya memang belum tahu artinya. Saran judul itu dari teman
saya. Nah, kalau masalah itu, saya kira Turn Back Quran itu artinya
kembali kepada Alquran,"
"Selaku panitia,
mungkin karena keteledoran saya ya, saya meminta maaf yang
sebesar-besarnya. Mungkin karena kekeliruan saya ini jadi menimbulkan
kesalah pahaman,"
Sang Kepala Sekolah, Ramdan, juga mengakui hal yang sama.
"Kalau
siswa mau mengadakan kegiatan, alurnya konfirmasi dulu ke pembina.
Terus dari situ ke (bagian) kesiswaan. Dari kesiswaan pasti diajukan ke
kepala sekolah. Cuma waktu itu saya memang tidak melihat poster dari
acara tersebut, saya hanya membaca substansinya saja,"
"Keterangan
acaranya itu untuk mengajak teman-teman yang lain kembali mencintai
Alquran. Itu kan tujuannya baik, benar, jadi ya saya setuju,"
Iya langsung saya konfirmasi, karena ini masalah yang berhubungan dengan agama, jadi enggak bisa di nanti-nanti. Kita bakal block semua
postingan tentang acara tersebut. Intinya saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat khususnya di media sosial
yang membaca tulisan itu. Ini hanya kesalah pahaman pengertian makna
saja,"
Buat saya itu bukan
sekedar kesalahpahaman pengertian makna. Tapi menunjukkan rendahnya
budaya literasi dan kecenderungan generasi muda (dan yang tua juga)
untuk asal menyerap dan mengkopi apa yang sedang trend tanpa mencari
tahu seluk beluk sebenarnya. Ditambah lagi tentu berarti ada kecerobohan
dan sikap cuek dari pendidik maupun siswa lain di sekolah tersebut. Kok
bisa?
- Jika budaya literasi sudah bagus
anak-anak ini pasti akan mencari tahu dulu apa makna turn back. Bukan
mengartikannya sendiri. Kemampuan berbahasa Inggris yang buruk
sebetulnya pun tidak bisa dijadikan alasan karena sekarang google sudah
menyediakan akses untuk kita banyak mencari tahu.
- Mereka hanya mengikuti apa yang sedang in. Sejak penangkapan teroris dan kaos turn back crime menjadi hits frase turn back memang terdengar sangat ear catching. Sehingga hanya dipandang "wah asyik nih kayaknya pakai kata-kata ini"
maka mereka serta merta menggunakannya. Tidak ada upaya mencari tahu
lebih dulu. Kemana generasi muda yang seharusnya kritis dan haus
pengetahuan?
- Mengapa bisa dibilang ceroboh dan
apatis? Sepengalaman saya mengurus acara yang namanya membuat judul
acara, poster, spanduk, proposal, dll itu ada prosedur supervisinya.
Sebelum naik cetak akan dicek satu-satu termasuk mungkin ada penulisan
yang salah, kata yang kurang tepat, desain yang kurang menarik, kontak
yang tak tercantumkan, dll. Kok bisa lolos? Dan saat acara apakah guru
Bahasa Inggris tidak merasa janggal? Atau guru-guru dan siswa lainnya?
Kan aneh sekali rasanya.
Dan konyolnya ternyata tak hanya acara ini saja yang sudah salah kaprah dalam memaknai kata "turn back".
Di ranah online shop dan akun-akun media sosial yang gemar mengunggah
status provokatif juga banyak yang berjualan atau mengupload foto
bertuliskan turn back Quran, Turn Back Sunnah maupun turn back Allah.
Ya begini kalau bodoh tapi sok pinter dan sok agamis. Lupa mungkin kalau
wahyu yang pertama turun itu bunyinya "Iqra" alias bacalah. Suatu
tuntunan dari Allah SWT bahwa umat Nabi Muhammad harusnya banyak membaca
(tidak hanya Quran tentunya).
Dari sini
saya juga jadi paham pantas saja masyarakat kita itu gampang
diprovokasi. Bagaimana tidak? Mereka hanya mengikuti apa yang ramai
dibicarakan, percaya mentah-mentah dengan pemahamannya yang kadang
dangkal, tidak mau belajar, dan malas mencari tahu serta susah jika
diberitahu yang benar. Bisa jadi juga mereka yang kini teriak-teriak
komunis dan PKI bangkit itu sebetulnya juga nggak tahu komunis itu apa.
Makanya to kalau Bahasa Inggris acakadut nggak usah sok keminggris…